Sejarah dan Perkembangan Ilmu Tajwid
Sejarah dan Perkembangan Ilmu Tajwid
Setelah mengetahui pengertian dan cakupan dalam Ilmu Tajwid, bagaimana sejarah dari kemunculan Ilmu Tajwid itu sendiri? Dan bagaimana proses berkembangnya dari awal hingga akhir terbentuknya suatu ilmu yang dinamakan Ilmu Tajwid?
Zaman Nabi dan Sahabat
Berbicara mengenai sejarah Ilmu Tajwid pada masa awal Islam berarti juga berbicara mengenai sejarah al-Quran itu sendiri. Pada masa Nabi maupun sahabat, Ilmu Tajwid belum dibukukan dan menjadi satu disiplin keilmuan.
Namun, praktek dari Ilmu Tajwid sudah ada semenjak ayat pertama dari al-Quran turun kepada Nabi Muhammad. Dengan dibacakan dan disimak oleh Jibril, Nabi membaca ayat-ayat al-Quran sesuai dengan Ilmu Tajwid.
Setelah menerima wahyu (ayat al-Quran), Nabi Muhammad kemudian membacakan nya kepada para sahabat. Para sahabat pun mendengarkan dengan seksama dan membacanya (sesuai Ilmu Tajwid) dengan disimak oleh Nabi Muhammad.
Dengan kata lain, Ilmu Tajwid dalam masa awal Islam adalah berbentuk talaqqi dan musyafahah. Talaqqi adalah belajar al-Quran dengan metode face to face atau langsung bertatapan. Sedangkan musyafahah adalah juga sama dengan talaqqi dengan penekanan pada pengucapan/bibir
Meskipun Ilmu Tajwid belum menjadi suatu bahasan Ilmu, namun para sahabat dengan mahir membaca al-Quran sesuai Ilmu Tajwid. Tradisi ini terus berjalan dari masa ke masa dan menjadi standar utama dalam belajar al-Quran.
Seseorang yang ingin belajar membaca al-Quran atau belajar Ilmu Tajwid disyaratkan untuk talaqqi dan musyafahah. Buku, panduan, dan artikel merupakan sarana pendukung untuk memahami Ilmu Tajwid. Sarana utama tetap berguru langsung.
Pada zaman khalifah Utsman bin Affan, beliau mengumpulkan semua mushaf dan membuat standar penulisan mushaf al-Quran yang kini dikenal dengan Ilmu Rasm Utsmani.
Pada zaman khalifah Ali bin Abi Thalib, beliau memerintahkan tabi'in bernama Abu Aswad ad-Duali untuk memberikan tanda titik pada mushaf agar para non Arab bisa membaca i'rab al-Quran. Abu Aswad ad-Duali juga dikenal sebagai bapak Ilmu I'rab al-Quran atau Ilmu Nahwu.
Zaman Tabi'in dan Setelahnya
Selanjutnya pada masa Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in, benih dari Ilmu Tajwid mulai tumbuh. Dimulai dengan muncul nya tanda pada harakat pada mushaf yang diprakarsai oleh Ahmad Khalil al-Farahidi sebagai ganti tanda titik Abu Aswad ad-Duali.
Dikatakan yang pertama kali membubukan (bentuk bab) Ilmu Tajwid yang digabungkan dalam Ilmu Qiraat adalah Abu Ubayd al-Qasin bin Salam pada tahun 224 H. Ada juga yang mengatakan bahwa itu adalah Abu Umar ad-Duri pada tahun 246 H.
Pada abad ke-4, muncul kitab atau buku Ilmu Qiraat yang mempopulerkan istilah Qiraah Sab'ah karya Ibn Mujahid al-Baghdadi yang wafat pada tahun 324 H. Dan juga muncul nadzam pertama Ilmu Tajwid oleh Abu Muzahim al-Khaqani yang wafat pada tahun 325 H.
Pada abad ke-5, juga muncul kitab bernama at-Taysir karya Abu Amr Ad-Dani yang wafat pada tahun 442 di Andalusia. Ad-Dani selain mengarang kitab Tajwid dan Qiraat, dikenal juga sebagai pengarang kitab Ilmu Rasm Utsmani.
Pada abad ke-6, as-Syathibi mengarang kitab berjudul "Hirz al-Ma'ani" yang populer. Qiraat dengan jalur (thariq) Syathibi juga yang paling banyak digunakan hingga pada saat ini. Beliau juga dikenal yang pertama membukukan tajwid dan Qiraat dengan sistematis. Beliau wafat pada tahun 590 H.
Setelah itu, semakin banyak para ulama yang mengarang kitab-kitab tajwid dan Qiraat. Diantara sekian banyak pengarang zaman berikutnya, yang paling terkenal adalah Ibn Jazari yang lahir pada tahun 751 H di Damaskus.
Setelah Ibn Jazari, masih banyak pengarang-pengarang lain yang juga membuat buku atau kitab tajwid dengan gaya penulisan atau jenis qiraat berbeda. Hingga abad 21 M pun juga masih ada beberapa kitab misalnya al-Mufid fi Ilm at-Tajwid atau Taysir ar-Rahman.