Qays bin Saad bin Ubadah, Pemuda Anshar Yang Cerdas dan Dermawan (2/2)
Setelah Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu wafat, terjadi perselisihan besar antara sahabat Rasulullah ﷺ. Perselisihan itu menyebabkan peperangan. Sejarah mencatatnya dengan tinta tebal tak terlupa. Orientalis pun menemukan celah. Mereka mengatakan apapun yang mereka inginkan; sahabat Nabi ﷺ tamak terhadap dunia dan kekuasaan. Mereka ingin orang-orang lupa ayat dan hadits yang bercerita tentang keutamaan mereka. Mereka ingin kedudukan generasi pertama Islam hilang marwahnya. Sebagian orang menelan syubhat ini, baik muslim maupun non muslim. Allah ﷻ perlihatkan siapa yang benar cintanya kepada wali-wali-Nya dan siapa yang menyimpan kebencian serta mengikuti hawa nafsu.
Qays bin Saad Saat Terjadi Perselisihan Ali dan Muawiyah
Pada bagian pertama tulisan ini telah disinggung bahwa Qays berada di pihak Ali bin Abi Thalib saat terjadi perselisihan antara Ali dengan Muawiyah. Ia bersama Ali dalam Perang Shiffin, Jamal, dan Nahrawan.
Ibnu Yunus dalam Tarikhnya mengatakan, “Qays turut serta dalam penaklukkan Mesir. Kemudian ia membangun rumah di sana. Pada tahun 36 H, Ali mengangkatnya menjadi amir Mesir. Dan ia dicopot dari jabatannya tahun berikutnya, 37 H”.
Setelah tak lagi memegang kepemimpinan atas wilayah Mesir, Qays kembali ke Madinah. Ia tetap setia kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu karena yakin kebenaran lebih dekat pada Ali. Kedekatannya dengan Ali bukan karena pamrih jabatan dan kedudukan, tapi ikhlas karena kebenaran. Sebab itulah, saat jabatan hilang, hal itu tak mengubah pendiriannya. Kemudian ia berangkat ke Kufah menemui Ali bin Abi Thalib di sana. Ia tinggal di Kufah hingga sepupu Nabi ﷺ itu wafat di sana.
Setelah syahidnya Ali bin Abi Thalib, Qays membaiat Hasan bin Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin. Ia turut serta dalam pasukan besar yang dibawa Hasan menuju Syam. Sesampainya di Syam, al-Hasan mebaiat Muawiyah. Api perselisihan kaum muslimin pun padam. Baiat itu juga diikuti oleh Qays bin Saad. Kemudian ia kembali lagi ke Madinah.
Hadits-Hadit Yang Diriwayatkan Oleh Qasy
Qays bin Saad bin Ubadah radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan beberapa hadits. Banyak para sahabat dan tabi’in yang menerima hadits dari lisannya. Di antara perawi hadits yang meriwayatkan hadits darinya adalah Anas bin Malik, Tsa’labah bin Abi Malik, Bakr bin Suwadah, Abdullah bin Malik al-Jaisyani, Abdurrahman bin Abi Laila, Abu Ammar al-Hamdani, Aurah bin az-Zubair, asy-Sya’bi, Maimun bin Abi Syabib, Uraib bin Hamid al-Hamdani, al-Walid bin Abdah, Amr bin Syarahbil, Abu al-‘Ala, dll. Qasy menyampaikan hadits di Kufah, Syam, dan Mesir.
عَنْ عَبْد الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى، قَالَ: كَانَ سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ، وقَيْسُ بْنُ سَعْدٍ قَاعِدَيْنِ بِالْقَادِسِيَّةِ فَمَرُّوا عَلَيْهِمَا بِجَنَازَةٍ فَقَامَا، فَقِيلَ لَهُمَا: إِنَّهَا مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ أَيْ مِنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ، فَقَالَا: ” إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّتْ بِهِ جِنَازَةٌ فَقَامَ، فَقِيلَ لَهُ: إِنَّهَا جِنَازَةُ يَهُودِيٍّ، فَقَالَ: أَلَيْسَتْ نَفْسًا “
Dari Abdurrahmaan bin Abi Laila, ia berkata, “Sahl bin Hunaif dan Qays bin Saad pernah bertugas di al-Qaadisiyyah. Lewatlah jenazah di hadapan mereka, lalu keduanya pun berdiri. Dikatakan kepada mereka berdua, “Sesungguhnya jenazah itu adalah orang dari kalangan Ahludz-Dzimmah. Mereka berkata, “Sesungguhnya pernah lewat satu jenazah di hadapan Nabi ﷺ, lalu beliau berdiri. Dikatakan kepada beliau, ‘Sesungguhnya ia adalah jenazah orang Yahudi’. Beliau ﷺ bersabda, ‘Bukankah ia juga manusia’.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari no. 1313, Muslim no. 960, an-Nasa’i no. 1921, dan yang lainnya).
Hadits lainnya:
وروى أبو نعيم عن قيس بن سعد بن عبادة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “إنما جعل الاستئذان من أجل البصر
Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dari Qasy bin Saad bin Ubadah bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya meminta izin (masuk rumah) disyariatkan demi menjaga pandangan mata.”
Dan hadits-hadits lainnya.
Wafat
Setelah membaiat Muawiyah bin Abi Sufyan, Qays bin Saad –radhiallahu ‘anhum jami’an- pulang menuju Madinah. Ia tinggal di kota suci itu hingga wafat pada tahun 60 H. Ada juga yang mengatakan tahun 59 H. Saat itu adalah masa akhir dari kekhalifahan Muawiyah bin Abu Sufyan.
Daftar Pustaka
Abu Nu’aim al-Ashbahani. 1419 H/1998 M. Ma’rifatu ash-Shahabah tahqiq Adil bin Yusuf al-Azazi. Cet. Pertama. Riyadh: Dar al-Wathan li an-Nasyri.
Adz-Dzahabi. 1405 H/1985 M. Siyar A’lam an-Nubala ditahqil oleh para muhaqqiq dengan pembimbing Syaikh Syu’aib al-Arnauth. Cet. Ketiga. Beirut: Muassasah ar-Risalah.
Ibnu Abdil Bar. 1412 H/ 1992 M. al-Isti’ab fi Ma’rifati al-Ahshab tahqiq Ali Muhammad al-Bajawi. Cet. Pertama. Beirut: Dar al-Jayl.
Ibnu Asakir. 1415 H/1995 M. Tarikh Dimasyq tahqiq Amr bin Gharamah al-Umari. Dar al-Fikr.
Ibnu al-Atsir. 1415 H/1994 M. Asad al-Ghabah fi Ma’rifati ash-Shahabah tahqiq Ali Muhammad Ma’ud dan Adil Ahmad Abdul Maujud. Cet. Pertama. Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah.
Ibnu Hajar. 1415 H. al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah tahqiq Adil Ahmad Abdul Maujud dan Ali Muhammad Ma’udh. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah.
Ibnu Yunus. 1421 H. Tarikh Ibnu Yunus al-Mishri. Cet. Pertama. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah.
Ibnu Saad. 1968 M. Ath-Thabaqat al-Kubra tahqiq Ihsan Abbas. Cet. Pertama. Beirut: Dar Shadir.
Khalid Muhammad Khalid. 1421 H/ 2000 M. Rijal Haula ar-Rasul. Cet. Pertama. Beirut: Dar al-Fikr.
Al-Khatib al-Baghdadi. 1422 H/2002 M. Tarikh Baghdad tahqiq Iwad Ma’ruf. Cet. Pertama. Beirut: Dar al-Gharb al-Islami.
Al-Kindi. 1424 H/2003 M. al-Wulatu wa al-Qudhatu tahqi Muhammad Hasan Ismail dan Ahmad Farid al-Mazid. Cet. Pertama. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah.
Al-Mizzi. 1400 H/1980 M. Tadzhib al-Kamal fi Asma-I ar-Rijal tahqiq Basyar Iwad Ma’ruf. Cet. Pertama. Beirut: Muassasah ar-Risalah.