Hilang Sudah Istri dan Anak-anakku
Aku
menikah dengan salah saorang wanita yang masih tergolong kerabat dekatku, dan saat itu aku berada di puncak kebahagiaan. Kebahagiaanku bertambah lagi setelah Allah mengkaruniakan kepadaku tiga anak perempuan pada umur yang masih belia.
Mulailah aku berkenalan dengan salah satu klub (kelompok) judi kartu remi yang telah menyita semua waktuku. Maka jadilah aku tidak melihat anak-anakku kecuali saat makan siang, dan waktu-waktuku yang lain aku habiskan di apartemen bersama klubku. Yang mana aku keluar rumah (untuk bermain kartu remi) sebelum shalat maghrib dan aku tidak pulang kecuali terlambat.
Pada suatu hari dan saat aku sibuk dengan kegiatanku (bermain kartu), aku pulang ke rumah terlambat seperti biasa. Dan di sinilah malapetaka besar itu terjadi, telah terjadi konsleting listrik (hubungan arus pendek) di kamar tidur yang terbuat dari kayu. Dan terbakarlah kamar tersebut dan bagian-bagian rumah yang lainnya-
nas’alullah as-salaamah minal ihtiraq (kami mohon keselamatan kepada Allah dari kebakaran)-. Dan saat itu istri dan anak-anakku sedang tertidur. Lalu aku bergegas dengan cepat untuk melihat keadaan mereka, maka aku dapati mereka sudah menjadi mayat, mereka telah menjadi arang, dan mereka (ketiga anakku) telah lengket (menempel) dengan jasad ibu mereka. Mereka berusaha menangkal datangnya
kematian dan melindungi diri mereka dari panasnya api, namun semua itu tidak ada gunanya.
Maka jadilah aku tidak memiliki istri dan anak-anak, terasa sempit dunia bagiku, aku sering berpikir untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri, karena mereka (istri dan anak-anakku) mati disebabkan karena ketelodaranku, karena aku meninggalkan mereka seorang diri di rumah, sementara aku menghabiskan waktuku dalam permainan dan kesia-siaan bersama teman-teman buruk –semoga Allah tidak memperbanyak orang-orang seperti mereka-.
Maka aku pun melepaskan kepergian sesuatu yang paling berharga yang aku miliki, aku menguburnya dengan tanah dengan kedua tanganku, yang mana ketika saat-saat kematian mereka aku sedang asyik mengikuti permainan kartu remi.
Maka setelah itu akupun terkena penyakit kejang-kejang yang kambuh pada saat-saat tertentu, dan akibat dari hal itu aku mengalami kecelakaan mobil, saat itu sempurnalah kerugianku (kesengsaraanku), ketika aku harus menjual rumahku untuk mencari pengobatan.
Dan sekarang ini aku hanya bisa menggigit jari-jari tanda penyesalan atas kelalaianku, dan aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar mengampuniku. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلا . يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلانًا خَلِيلا . لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإنْسَانِ خَذُولا
”Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang lalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.” Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan Fulan itu teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an, ketika Al Qur’an itu telah sampai kepadaku. Dan adalah setan itu senantiasa memalingkan manusia dari kebenaran.” (Q.S. Al-Furqaan: 27-29)
Ulama berkata, “Semua yang menyesatkanmu (memalingkanmu) dari mengingat Allah dia adalah Fulan.”
Sumber: diterjemahkan dari kutaib إلى لاعبي البلوت،قصص واقعية karya Fahd bin ‘Abdillah bin ‘Abdissalaam, penerbit Daaru ash-Shami’i Linnasyr wa at-Tauzi’. Alsofwah.or.id