Orang Yang Dijamin Masuk Neraka: Amr bin Hisyam atau Abu Jahal (bagian 2)
Kisah Abu Jahal Bersama al-Irasyi
Buku-buku sejarah, kumpulan kisah sejarah, dan yang lainnya menyebutkan bahwa seorang lelaki dari Irasyi –nama suku- datang ke Mekah dengan membawa ontanya, lalu Abu Jahal membelinya. Dia menangguhkan pembayarannya. Maka lelaki Irasyi tadi berdiri di tempat perkumpulan Quraisy seraya berkata, “Siapakah yang bisa menolongku dari Abul Hakam bin Hisyam?”
Mereka mengisyaratkan agar dia pergi menemui Rasulullah, mereka bertujuan mempermainkan orang ini dan mengejek Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. al-Irasyi menceritakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Beliau keluar, hingga menemui Abu Jahal dan mengetok pintu rumahnya.
Abu Jahal berkata, “Siapa ini?!”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Muhammad, keluarlah.”
Maka, ia keluar sedang kulitnya berubah pucat, gemetar dan gagap serta kekuatannya menjadi hilang.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berikan lelaki ini haknya.”
Abu Jahal berkata, “Jangan naik darah dulu, aku akan memberikan apa yang menjadi haknya.” Abu Jahal masuk ke dalam rumahnya lalu keluar dengan membayar hak orang itu.
Lelaki dari Irasyi itu menghadap dan berdiri di atas majlis orang-orang yang hendak mengejek Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Semoga Allah membalas kebaikannya, aku telah mengambil hakku.” Maka orang-orang merasa kaget.
Kemudian tidak berapa lama Abu Jahal datang, mereka pun mencela seraya berkata dengan nada mencela, “Alangkah hinanya, apa yang kau perbuat!”
Abu Jahal menjawab, “Celaka kalian, saat ia mengetok pintu rumahku. Aku mendengar suara yang menakutkan, di atas kepalanya terdapat onta yang kuat yang belum pernah kulihat. Demi Allah sekiranya aku menolak atau telat niscaya ia menerkamku.”
Al-Bushiri radhiyallahu ‘anhu tatkala mengisahkan kejadian ini dalam bait syarinya,
Nabi telah memutuskan perkara utang al-Iraqi dan telah berbuat jelek Abu Jahal dalam jual beli… Nabi berinisiatif untuk mendatangi Abu Jahal dan menerkamnya hingga ia tak berkutik dan langsung melunasi utangnya.
Demikianlah Abu Jahal memberikan kepada al-Irasyi haknya dalam keadaan hina-dina, kerdil, rendah lagi tertekan dan kalah. Ia merasa punya kekuasaan sedang faktanya tidak demikian, berlagak berani lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menghinakannya, mengembalikan tipu dayanya, menjadi bomerang bagi dirinya.
Membunuh Wanita Yang Lemah
Sejarah menjadi saksi akan kesabaran para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapi ujian, bahkan hampir tidak ada sejarah yang mencatat suatu kaum yang diuji dengan berbagai macam ujian, difitnah dengan fitnah paling kejam seperti para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, khususnya kaum lemah dari mereka. Itulah orang-orang yang disiksa dengan penyiksaan sekeras gunung. Maka mereka dijadikan contoh dalam pengorbanan, kesabaran dan ketahanan memikul beban di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Abu Jahal yang keji, mempunyai andil dalam penyiksaan dan penganiayaan mereka, dikarenakan keimanan mereka kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. Berapa banyak orang lemah yang menerima berbagai macam penyiksaan dan penganiayaan darinya, hingga sebagian mereka hilang nyawanya. Sebagaimana yang ia lakukan terhadap sahabat dari kaum wanita, Sumayyah binti Khubbath radhiyallahu ‘anhu, yang ditusuk oleh Abu Jahal dengan belati hingga benar-benar tewas. Dialah wanita pertama yang mati syahid dalam sejarah Islam.
Di manakah kejantanan seorang pria tatkala sewenang-wenang terhadap wanita tua, yang tidak memiliki daya dan upaya? Bahkan di mana kharisma bangsa arab ketika seorang dari mereka menganiaya kaum wanita dan menyiksanya?
Sumayyah radhiyallahu ‘anhu telah tercatat dalam sejarah di lembaran yang putih murni lagi barokah, dalam sejarah wanita yang dianiaya oleh kaum lelaki, yang paling melampaui batas seperti Abu Jahal –baginya laknat Allah- sebagaimana sejarah mencatat dalam lembaran hitam yang dipenuhi aib, ditambah sisi lain bagi Abu Jahal bin Hisyam agar menjadi saksi atas perbuatan buruk, kebejatan dan kejantanannya yang tercemar, menjadikannya dalam hitungan orang-orang yang berdosa.
Kisah lainnya, Abu Jahal menyiksa wanita lain dari kaum mukminah yang pertama-tama masuk Islam, dialah Zinnirah. Seorang budak Bani Makhzum. Lelaki hina ini menyiksanya dengan penyiksaan yang pedih hingga ia menjadi buta, akan tetapi mata hatinya melihat dengan cahaya kebenaran. Karena hal ini, Abu Jahal semakin marah dan dengki seraya berkata kepadanya, “Sesungguhnya Laata dan Uzza yang telah berbuat demikian terhadapmu, wahai Zinnirah.”
Ia menjawab dengan bangga dan mengejek, “Apakah bisa Laata dan Uzza tahu, siapa yang menyembah keduanya dan siapa yang tidak menyembah keduanya? Akan tetapi ini perkara dari langit, dan Rabbku –Maha Suci Dia- Kuasa untuk mengembalikan penglihatanku.”
Keesokan harinya di pagi hari, Zinnirah dapat melihat dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saat itu orang-orang Quraisy dan Abu Jahal berkata, “Ini adalah sihir yang terus berlanjut dari sihir Muhammad.”
Kemudian ia dibeli oleh seorang kaum muslimin, pemberi kebebasan dan pembebas belenggu perbudakan. Syaikhul Islam yang berwibawa, Abu Bakar ash-Shiddiq radiyallahu ‘anhu, lalu membebaskannya.
***
Abu Jahal –semoga dilaknat Allah- berupaya dengan segala kejelekan dan kebejatan untuk membendung jalan di hadapan kaum mukmin dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia pernah mendatangi leaki mulia seraya berkata kepadanya, “Akankah engkau meninggalkan agamamu dan agama ayahmu yang lebih baik darimu?!” Abu Jahal menjelekkan pendapat dan perbuatannya, membodohkan penalarannya, merendahkan martabatnya. Dan jika ia seorang pedagang dia berkata padanya, “Engkau akan merugi dalam berdagang, akan ludes hartamu!” Dan jika ia orang yang lemah, maka Abu Jahal memukul dan menyiksanya serta membuat tipu daya untuk menggiurkannya. Hanya saja setiap usaha yang diupayakan pada akhirnya menemui kegagalan di hadapan keteguhan kaum mukminin, bahkan api kedengkian berkobar dirongganya karena orang-orang yang lemah masuk Islam, tidak ada kerabat yang membela mereka, tidak ada kekuatan yang melindungi dan tidak ada pula penolong bagi mereka kecuali sikap berpegang teguh dengan keimanan mereka yang disandarkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Abu Jahal merasa heran terhadap mereka yaitu orang-orang yang tidak merasakan kepedihan maupun bencana. Dia menyatakan di hadapan orang-orang yang semisalnya, “TIdakkah kalian merasa heran, terhadap mereka dan para pengikutnya, kalau sekiranya apa yang dibawa Muhammad berupa kebaikan dan kebenaran, niscaya mereka tidak akan mendahului kami darinya. Apakah Zinnirah mendahului kami terhadap petunjuk?!”
“Ya, Wahai Abu Jahal, benar demi Rabbku, Sumayyah, Zinnirah dan yang lainnya mendahuluimu dalam hal kebaikan. Tersisa untuk Zinnirah kebaikan di sisi Allah, dan tinggallah laknat serta keburukan untukmu, hingga Allah mewarisi bumi dan seisinya.”
Alangkah mengagumkan jiwa mereka, yaitu orang-orang yang telah menggariskan dan merancang lembaran-lembaran terang dalam catatan keimanan, menyinari sejarah dunia dengan amal-amal mereka yang penuh cahaya kemuliaan. Mereka menjadi pelaku sejarah di dunia bahkan dunia sejarah. Apakah sejarah kemanusiaan pernah mencatat orang-prang seperti mereka?
Kegamangan Abu Jahal
Masuk Islamnya Hamzah dan Umar radiyallahu ‘anhu, mengindikasikan dakwah secara terang-terangan dan menjadikan orang yang memiliki jiwa bersih menerima dan beriman terhadap dakwah yang baru. Suatu hal yang menjadikan kaum muslimin terang-terangan dan berthawaf di Masjidil Haram, membentuk halaqah (kelompok lingkaran) di sekitarnya dan berdiskusi serta berunding dalam hal metode penyebaran dakwah mereka. Sebelum ini, mereka tiak dapat sampai ke Masjidil Haram, melainkan dengan sembunyi-sembunyi dalam berkoordinasi dengan perasaan ketakutan dan hati-hati.
Demikian, telah goncang pemikiran para petinggi Quraisy, khususnya Fir’aun umat ini, perasaan gemetar menguasainya hingga merinding ke sekujur persendian, meremukkan lengan atasnya dan melumpuhkannya, serta asap kehinaan dan kekalahan yang menyelimuti wajahnya. Seakan-akan wajahnya ditutupi oleh sebagian malam yang gelap. Dia berfikir mengenai cara lain, guna membunuh seseorang yang masuk Islam. Dia dikuasai oleh kecerobohan dan kelalaian, diombang-ambing oleh kebodohan dan kebejatan. Dia ingin mengolok-olok Alquran dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menghinakannya dan memvonisnya masuk Neraka, yang merupakan seburuk-buruknya tempat kembali. Allah Subhanahu wa Ta’ala menghinakannya di dunia dan akhirat dan meletakkannya di Neraka.
Kebohongan dan Mengada-ada Serta Hasadnya
At-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan dalam As-Sunan, bahwa Abu Jahal berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesungguhnya kami tidak mendustakanmu, akan tetapi kami mendustakan apa yang kau bawa. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya:
“Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS. Al-An’am: 33)
Akan tetapi Abu Jahal –semoga dilaknat Allah- berkata apa yang tidak diperbuatnya. Kedengkian telah membinasakannya, angan-angan telah membuat jiwanya sakit. Akhirnya dia menjadi tuli tidak mendengarkan kebenaran, bisu tidak berbicara tentang kebenaran dan buta tidak melihat petunjuk serta tidak mengambil manfaat darinya.
Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu berkata, tatkala berbicara tentang Quraisy dan Abu Jahal, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam digelari al-Amin (Orang yang jujur). Mereka mengetahui bahwasanya Beliau tidak berdusta sedikit pun. Akan tetapi mereka melampaui batas.” Abu Jahal pernah berkata, “Kami tidak mendustakanmu wahai Muhammad, sesungguhnya engkau di sisi kami adalah orang yang jujur, akan tetapi kami mendustakan apa yang engkau bawa kepada kami.”
Abu Jahal telah berterus terang mengenai kedengkiannya kepada salah satu dari kumpulan orang busuk semisalnya dengan berkata, “Demi Allah, sesungguhnya Muhammad adalah orang jujur, tidak pernah berdusta sama sekali. Akan tetapi apabila Banu Qushai pergi membawa bendera, irigasi, dinding pemisah, permusyawaratan dan kenabian, lantas apa yang tersisa bagi bangsa Quraisy yang lainnya?!”
Pelecehan Abu Jahal Terhadap Alquran
Abu Jahal berbuat kerusakan di muka bumi, menimbulkan fitnah, sombong dan lancang terhadap kebenaran.mengarahkan semua perkara kepada pelecehan dan memperolok-olok ayat-ayat Alquran. Dengan harapan bahwa hal ini akan mengikis habis dakwah Islam di awal munculnya.
Kitab-kitab tafsir mengabadikan, hadits dan sejarah serta referensi lainnya yang banyak, akan kelancang Abu Jahal kepada Alquran al-Karim, dan berikut ini sebagian contohnya:
Para Mufassir berkata, “Tatkala turun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga).” (QS. Al-Muddatstsir: 30)
Abu Jahal berkata, ‘Wahai suku Quraisy, sia-sia ibu kalian melahirkan kalian, Muhammad mengaku bahwa pasukannya yang akan menyiksa kalian di Neraka, dan memenjarakan di dalamnya, adalah sembilan belas sedangkan kalian (Quraisy) orang yang paling banyak komunitasnya. Tidak mampukah tiap seratus orang dari kalian menghadapi seorang dari mereka.?’
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat sebagai jawaban atasnya:
‘Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir…’ (QS. Al-Muddtstsir: 31)”
Di antara cercaan Abu Jahal dan kebodohannya bahwa tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut pohon Zaqqum, Abu Jahal berdiri seraya berkata, “Wahai kaum Quraisy, tahukah kalian apakah pohon Zaqqum yang dijadikan oleh Muhammad sebagai gertakan kepada kalian?”
Mereka menjawab: “Tidak.”
Abu Jahal berkata, “Kurma kering Madinah dengan mentega, demi Allah seandainya memungkinkan, niscaya kami akan melahapnya dengan cepat –menelannya begitu saja-.” Kemudian, dia mendatangkan mentega dan kurma seraya berkata kepada teman-temannya: “Lahaplah dengan cepat!” Sebagai cemoohan dan ejekan terhadap firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya:
“Sesungguhnya pohon Zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang amat panas.” (QS. Ad-Dukhan: 43-46)
Pohon yang jelek ini –Zaqqum- tumbuh besar di dasar Neraka, ia makanan Abu Jahal dan setiap orang yang berdosa serta musyrik. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menamakannya pohon terlaknat. Apabila datang penghuni Neraka memakannya, lantas mendidih perut mereka sebagaimana air yang mendidih.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengabarkan bahwa kesudahannya adalah tengah-tengah Neraka, makanannya Zaqqum dan minumannya nanah (al-Muhl). Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjawab dengan metode pencibiran, penghinaan dan ejekan.
Firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala:
“Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.” (QS. Ad-Dukhan: 49)
Ini merupakan puncak dalam penghinaan dan pelecehan kepada Abu Jahal –semoga dilaknat Allah- seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman padanya, “Sesungguhnya engkaulah yang hina dina.”
Penyair berkata:
Rabbku menyiraminya air yang amat panas, lagi mendidih untuk diteguknya.. membakar wajah sedangkan di dalam perut ia melelehkannya…
Dan nampaknya Abu Jahal beserta kelompoknya tidak mengindahkan metode yang buruk ini sedikit pun, maka Abu Jahal kembali lagi ke siasatnya semula, dengan cara menganggu dan menyakiti, keburukan strategi berputar di sekelilingnya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menggugurkan amalnya.
Tiga Tahun Pemboikotan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap menyampaikan perintah Rabb-Nya Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh kesabaran mengharap pahala, memberi maaf, tulus, mulia lagi lemah lembut. Suatu hal yang membuat hidayah masuk ke hati sebagian. Hal ini jauh dari Abu Jahal dan para tuan yang memuliakan syirik dan patung. Mereka kebingungan dalam urusan mereka, mengacak ke kanan dan ke kiri, bingung dalam lautan prasangka. Orang terdepan di antara mereka adalah Abu Jahal. Gagasan pendapatnya habis terkuras, jalan menuju kebenaran menjadi kabur. Dia tidak tahu melainkan kejelekan sebagai jalan hidupnya, buruknya tipu daya sebagai sarangnya. Dia bersekongkol dengan sekelompok kaum musyrikin, bersama mencari celah diantara pintu-pintu kejelekan dan dosa. Barangkali mereka mendapati jalan yang dapat menamatkan Islam dan kaum muslimin. Mereka membuat tipu daya dan merancang tindak kriminal paling kotor sepanjang sejarah. Mereka sepakat untuk saling menopang dalam memboikot kaum muslimin khususnya dari Bani al-Muththalib serta Bani Hasyim. Mereka mencatat lembaran kezhaliman ini, lantas menggantungkannya di pintu Ka’bah, mengisolasi kaum muslimin di kampung Abu Thalib, pada malam bulan muharram tahun ke 7 dari kenabian.
Orang yang berlumuran dosa lagi licik, si Abu Jahal merasa senang dengan pemboikotan ekonomi yang merupakan dosa, kezhaliman yang sangat pedih, menyakitkan dan memukul telak kaum muslimin, yan diterima oleh mereka dengan kesabaran yang indah dan ketahanan terpuji. Maka mereka sabar menghadapi ujian, untuk kemuliaan, dan mereka mampu menanggungnya.
Pemboikotan ini berlangsung selama tiga tahun berturut-turut, Abu Jahal tidak berputus asa dalam menimpakan pukulan mematikan kepada kaum muslimin. Dia menghalangi setiap orang yang ingin masuk menuju kampung Abu Thalib dengan membawa makanan untuk kaum muslimin, dengan harapan kaum muslimin meninggalkan agama Nabi Muhamamd shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi, Abu Jahal tiadk bisa mencapainya. Apakah ada orang yang meninggalkan jalan cahaya untuk berjalan di kegelapan?
Sumber: Orang-orang yang Divonis Masuk Neraka, Pustaka Darul Ilmi, Cetakan Pertama Sya’ban 1429 H/ Agustus 2008 M