Kisah Kaum Durhaka: Al-Walid bin Al-Mughirah (Bagian 3)
Uji Coba yang Gagal
Al-Walid Ibnul mughirah tidak tenang, khususnya saat Quraisy berpaling darinya dan berubah arah mendukung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka beriman dengan apa yang Allah utus dengannya. Pemikiran setan mendektenya untuk melepaskan diri dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membunuhnya, hal itu dibantu oleh beberapa orang dari Bani Makhzum yang diselimuti kedengkian hingga membutakan mereka. Mereka menjadi tidak melihat jalan petunjuk. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menggelapkan mereka sehingga tidak melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang Mulia hingga mereka mengganggunya.
Diriwayatkan bahwa segerombolan Bani Makhzum, di antaranya Al-Walid Ibnul Mughirah dan Abu Jahal mengikuti jejak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan saling berpesan untuk membunuhnya. Tatkala Nabi berdiri shalat, mereka mendengar bacaan Beliau, mereka mengutus Al-Walid untuk membunuhnya. Lelaki jahat itu bersegera mendatangi tempat shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia mendengarkan bacaan Nabi tanpa diketahui Beliau. Al-Walid menemui mereka dan memberi tahu mereka tentang hal itu, lantas mereka mendatanginya dan tatkala sampai, mereka pun mendengar bacaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka mendakati suara itu seakan-akan dari belakang mereka mendekatinya, akan tetapi suara itu ada di depan mereka, mereka tetap dalam keadaan demikian hingga membubarkan diri pertanda kekalahan.
Walhasil, mereka tidak mendapati jalan untuk membunuhnya. Hal itu sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Dan Kami dihadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat Melihat.” (QS. Yaasiin: 9)
Dialog yang Berbelit-belit
Al-Walid gagal dalam usahanya, hal ini menunjukkan sifat pengecut dan kedengkiannya, dia kembali dengan tipu dayanya yang jelek, mencari jalan lain yang dikiranya bisa mematikan Islam. Dia melakukan penawaran, dia berusaha –menurut pengakuannya- untuk mencari titik temu antara Islam dengan Jahiliyyah sehingga kedua belah pihak setuju, yakni mereka ingin jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggalkan sebagian yang mereka tapaki.
“Maka, mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu).” (QS. Al-Qalam: 9)
Terdapat satu riwayat yang dibawakan Ath-Thabari Rahimahullah yang memberitahukan bahwa kaum musyrikin menawarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar Beliau menyembah tuhan mereka satu tahun, dan mereka menyembah Rabb Beliau radhiyallahu ‘anhu satu tahun.
Ada riwayat lain yang memberitahukan bahwa mereka berkata, “Sekiranya engkau menerima tuhan kami maka kami akan menyembah Rabbmu.”
Dan begitu banyak penawaran serta upaya yang dilakukan, salah satunya dipimpin oleh kepala kekufuran Al-Walid Ibnul Mughirah.
Ibnu Ishaq Rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang thawaf di Ka’bah, lalu dihadang oleh Al-Aswad Ibnul Mutthalib bin Asad bin Abdul Uzza, Al-Walid Ibnul Mughirah, Umayyah bin Khalaf, Al-Ash bin Wa’il as-Sahmi –mereka para pemuka kaumnya- lantas mereka berkata:
“Wahai Muhammad, kami akan menyembah apa yang engkau sembah dan engkau menyembah apa yang kami sembah, kita berbagi dalam hal ini. Jika yang kami sembah lebih baik dari yang engkau sembah berarti engkau telah mendapat bagian darinya.” Maka Allah menurunkan firman-Nya:
“Katakanlah: ‘Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku’.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi ke Masjidil Haram yang di sana terdapat para pembesar Quraisy. Beliau membacakan kepada mereka, hingga selesai surat tersebut, mereka berputus asa ketika itu pula.
Allah memutuskan penawaran mereka yang lucu dan remeh dengan cara yang tegas dan tajam. Allah menghinakan Al-Walid dan sahabatnya, mereka memunculkan perkataan hina dan Allah meruntuhkan semua tipu daya mereka.
Tamparan yang Pedih untuk Al-Walid
Utsman bin Madz’un termasuk orang yang pertama kali beriman, dia memeluk Islam setelah 13 orang sebelumnya, dia ikut hijrah ke Habasyah pada hijrah yang pertama, dia merupakan sosok yang selalu berpuasa, menegakkan shalat dan taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sekembali dari hijrah, dia dilindungi oleh Al-Walid Ibnul Mughirah selama berhari-hari, kemudian dia mengembalikan kepada Al-Walid jaminan perlindungannya. Hal ini merupakan tamparan bagi kesombongan Al-Walid yang ditiupkan setan melalui kedua sisinya. Setena bermain di semua sisi hidupnya, terlebih Quraisy melihat Al-Walid dengan penghormatan dan pengagungan.
Referensi meriwayatkan bahwa Utsman bin Madz’un al-Jumahi radhiyallahu ‘anhu, kembali dari Habasyah bersama sekelompok kaum Muhajirin, dia dalam jaminan perlindungan dari Al-Walid Ibnul Mughirah al-Makhzumi untuk mencegah dan melindunginya dari gangguan Quraisy, tatkala Utsman melihat ujian dan kezhaliman yang dialami para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dia datang dan pergi dengan jaminan keamanan dari Al-Walid, dia merasa sakit dan menyayangkan, hatinya tidak merasa tenang dalam hidup dalam jaminan orang yang musyrik, sedangkan orang yang seagama dengannya menerima cobaan dan gangguan dalam menjalankan agama Allah, maka perasaannya menolak hal itu hingga mengungguli jiwanya, maka dia melangkahkan kaki menuju Al-Waid Ibnul Mughirah lantas berkata padanya:
“Wahai Abu Abdi Syams jaminanmu telah sempurna, aku kembalikan jaminan perlindunganmu.”
Dia menjawab, “Mengapa wahai putra saudaraku? Barangkali ada seseorang yang mengganggumu dari kalangan kaumkua?”
Utsman berkata, “Tidak, akan tetapi aku rela dengan jaminan Allah, dan aku tidak ingin meminta jaminan dari selain-Nya.”
Al-Walid berkata, “Pergilah ke masjid dan kembalikanlah jaminanku secara terang-terangan, sebagaimana aku memberikannya terang-terangan.”
Maka keduanya beranjak hingga sampai di Masjidil Haram, keduanya berdiri di hadapan khalayak ramai. Al-Walid Ibnul Mughirah berkata, “Inilah Utsman telah datang untuk mengembalikan jaminanku.”
Utsman berkata, “Dia benar, aku telah mendapatinya tepat janji dan menampakkan kemuliaan dalam perlindungan, akan tetapi aku tidak ingin meminta jaminan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan telah kukembalikan kepadanya jaminannya.” Kemudian keduanya beranjak bubar untuk mengurus urusannya masing-masing.
Bersambung insya Allah…