Pengalaman Pertama Masuk Masjid Nabawi
Perjalanan menuju Kota Madinah dan berkunjung ke Masjid Nabawi adalah kerinduan yang tak perah padam. Berjalan di kota suci, menginjak tanah yang sama yang lima belas abad lalu kaki-kaki mulia berada di atasnya. Ya, Rasulullah dan para sahabatnya hidup di sana satu generasi lamanya. Selalu ada pengalaman pertama untuk kemudian ingin mengulanginya. Demikian juga para sahabat merasakan pengalaman pertama mereka memasuki Kota Madinah.
Ada cerita menarik dari seorang sahabiyat yang bernama Qailah binti Makhramah radhiallahu ‘anha tentang pengalaman pertamanya masuk Masjid Nabawi. Kisah ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir dan juga al-Bukhari dalam Adab al-Mufrad. Qailah bercerita:
Aku datang menemui Rasulullah saat beliau sedang mengimami masyarakat di shalat subuh. Ia menyebutkan bahwa jamaah laki-laki hampir tak saling kenal karena keadaan yang masih gelap. Dan bintang-bintang masih bersinar di langit. Lalu aku memasuki masjid. Aku berbaris memasuki shaf. Berdiri di samping laki-laki. Karena waktu itu aku baru saja memeluk Islam.
فقال لي الرجل الذي يليني: امرأة أنتِ أم رجل ؟ قالت : فقلت له لا ؛ بل أنا امرأة . قال رضي الله عنه : إنك قد كدتِ أن تفتنينني فاذهبي فصلي مع النساء
Seorang lelaki di sampingku bertanya, “Kamu ini laki-laki atau perempuan?” Aku menjawab, “Aku perempuan”. Sahabat laki-laki tersebut berkata,
“Sungguh, hampir saja engkau memfitnahku. Pergilah, shalatlah bersama para wanita.”
Lalu kulihat barisan shaf perempuan di sisi dekat rumah-rumah istri Nabi. Saat masuk masjid tadi aku tak menyadari adanya shaf tersebut. Aku pun menuju ke sana dan bershaf bersama kaum perempuan.
Inilah pengalaman pertama Qailah masuk Masjid Nabawi. Ia masuk di saat hari masih gelap. Dan salah masuk barisan. Bagi Anda yang pernah berkunjung ke Masjid Nabawi, pastilah memiliki pengalaman pertama. Bisa saja pengalaman itu unik atau kagum dan haru sama seperti kaum muslimin pada umumnya saat memasuki masjid yang mulia itu.
Dari kisah ini, ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik.
Pertama: Walaupun gelap dan dalam keadaan shalat, -kita tahu kualitas shalat para sahabat-, mereka tetap khawatir dengan pengaruh yang diberikan seorang wanita. Apalagi kita di zaman sekarang dengan keadaan terang, wanita berhias dg usaha maksimal yg mereka bisa, dan di luar masjid, layaknya kita lebih khawatir lagi.
Kedua: Wanita hendaknya tidak berdandan ketika berada di tempat yang berpotensi bertemu laki-laki asing. Agar dia aman dr gangguan laki-laki jahat. Dan laki-laki yang baik terbantu untuk menundukkan pandangan. Bahkan pada saat umroh memasuki Masjid Nabawi dan Masjid Haram sekalipun.
Ketiga: seorang yang baru memeluk Islam hendaknya shalat bersama jamaah. Karena ia belum banyak menghafal doa-doa shalat, maka bacaannya bisa ditanggung oleh imamnya.
Keempat: semangat para sahabat shalat di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.