Syaikh Mahmud Khalil al-Hushari, Imam Dalam Qiraat
Bagi mereka yang pernah mengikuti kelas tahsin atau tajwid, tentu tidak asing dengan nama Syaikh Mahmud Khalil al-Hushari. Biasanya guru-guru tahsin merekomendasikan murottal beliau untuk didengar. Beliau termasuk qari’ (pelantun Alquran) yang paling terkenal. Tidak hanya di negeri asalnya, Mesir, di Indonesia, suara beliau cukup akrab di telinga masyarakat nusantara. Saat sore tiba, biasanya masjid-masjid memperdengarkan suara beliau sambil menunggu adzan maghrib. Meskipun orang tidak tahu siapa pemilik suara fasih dan indah itu.
Beliau disebut-sebut sebagai orang yang paling utama dan paling baik tajwidnya dalam mentartil kitabullah.
Mengenal Sang Alim
Syaikh Mahmud Khalil al-Hushari dilahirkan di Gaza tepatnya di Desa Syibran Namlah, pada bulan Dzul Hijjah 1335 H, bertepatan dengan 17 September 1917. Beliau berhasil menghafalkan 30 juz Alquran saat berusia 8 tahun.
Kemudian Syaikh menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo. Di universitas tertua itu beliau mengambil jurusan Alquran. Hingga berhasil memperoleh ijazah al-Qira-at al-‘Asyr (qiraat yang sepuluh). Pada tahun 1364 H/1944 M, Syaikh mulai rutin menjadi qari di siaran Alquran al-Karim di Mesir. Sejak saat itulah, suara indah dan fasihnya dikenal umat Islam di seluruh tempat.
Pada tahun 1957, ia dipilih menjadi penyeleksi para qari’ di Mesir. Dan tahun 1960, ia diberi amanah untuk mengoreksi cetakan-cetakan mush-haf Alquran yang ada di Al-Azhar. Beliau menjalankan tugas tersbut di bawah lembaga Alquran wa al-Hadits bi Jam’i al-Buhuts al-Islamiyah.
Pada tahun 1960 pula, ia diangkat pula menjadi guru besar para qari’ di Mesir. Di tahun yang sama, menteri wakaf Mesir, membuat kebijakan dan usaha luar biasa dalam menyebarkan ilmu-ilmu Alquran. Setahun berikutnya, Syaikh Mahmud Khalil al-Khushari menjadi orang pertama yang bacaan Alqurannya 30 juz direkam. Selama kurang lebih 10 tahun berikutnya, beliau menjadi satu-satunya orang yang memiliki rekaman bacaan Alquran. Tidak heran, masjid-masjid di dunia termasuk Indonesia sangat akrab dengan murottalnya. Setelah itu, beliau pun rekaman 30 juz Alquran dengan riwayat Warasy ‘an Nafi’. Kemudian Qalun ‘an Nafi’. Kemudian ad-Dauri ‘an Abi Amr. Hingga sekarang, kaum muslimin masih mendengarkan, mengambil manfaat dan pelajaran dari warisan kebaikan beliau.
Perjalanan Bersama Alquran
Syaikh Mahmud Khalil al-Hushari mendermakan sebagian usianya untuk berkunjung ke negeri-negeri Islam. Di sana, beliau memperdengarkan umat kalam Allah Ta’ala. Menyejukkan telinga-telinga kaum muslimin dengan mendengar ayat dan dzikir. Bisa saja kita katakan, tidak ada satu pun negeri Islam kecuali telah beliau kunjungi. Beliau berhasil memberikan kesan yang istimewa. Dan kenangan baik yang diingat. Selain itu, beliau juga mengunjungi beberapa negeri non Islam. Berdakwah dengan lantunan Alquran di sana.
Tahukah Anda muslim pertama yang melantunkan Alqurand I Kongres Amerika? Syaikh Mahmud lah orangnya. Beliau diizinkan menunaikan shalat di markas besar PBB. Beliau pula yang membacakan Alquran di hadapan para raja dan pemimpin dunia ketika beliau berkunjung ke Inggris. Beliau juga pernah berkunjung ke Indonesia, Filipina, China, India, Singapura, dll.
Puluhan orang di belahan dunia memeluk Islam melalui perantara beliau. Karena apa? Karena terpengaruh dengan bacaan Alquran yang beliau lantunkan. Saat Syaikh berkunjung ke Perancis tahun 1965, 10 orang Perancis menyatakan keislaman mereka di hadapan beliau. Dalam kunjugannya ke Amerika ada 18 orang yang bersyahadat. Dari kalangan pria dan wanita. Hal ini mengingatkan kita akan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَحْسَنِ النَّاسِ صَوْتًا بِالْقُرْآنِ الَّذِيْ إِذَا سَمِعْتُمُوْهُ يَقْرَأُ حَسِبْتُمُوْهُ يَخْشَى اللَّهَ
““Sesungguhnya di antara orang yang paling bagus suaranya dalam membaca Alquran adalah orang yang apabila kamu mendengarnya sedang membaca, maka kamu pasti mengiranya seorang yang takut kepada Allah.” (Hadits Shahih riwayat Ibnul Mubarak. Dimuat oleh Syaikh al-Albani dalam Sifat Shalat Nabi).
Syaikh Mahmud sering mengikuti pertemuan -dalam bidang qiraat Alquran- di Mesir, dunia Arab, dan dunia Islam secara umum. Sedangkan di bulan Ramadhan, perjalanan beliau bertambah sibuk dari bulan-bulan lainnya. Beliau safar ke negeri-negeri Afrika, Arab, dan Asia, untuk membaca Alquran di sana.
Di tengah-tengah kesibukan dan hafalannya kokoh, Syaikh Mahmud masih sering mengulang-ulangi hafalan Alqurannya. Baik dengan media mendengar murottal atau langsung membaca mush-haf Alquran.
Karya Tulis
Keahlian Syaikh Mahmud dalam bidang qiraat terbukti dengan karya-karyanya yang luar biasa. Di antara karya tulis yang beliau wariskan kepada umat ini adalah sebagai berikut:
1. Ahkamu Qira-atil Quranil Karim,
2. al-Qira-at al-Asyr min Syathibiyah wa ad-Dirrah,
3. Ma’alim al-Ihtida ila Ma’rifati al-Waqf wa al-Ibtida’,
4. al-Fathu al-Kabir fi al-Isti’adzah wa at-Takbir,
5. Ahsanu al-Atsar fi Tarikh al-Qira-at al-Arba’ah ‘Asyar,
6. Ma’a Alquran al-Karim,
7. Qira-at Warasy ‘an Nafi’ al-Madani,
8. Qira-at ad-Dauri ‘an Abi Amr al-Bashari,
9. Nur al-Qalbi fi Qira-at al-Imam Ya’qub,
10. as-Sabil al-Muyassar fi Qira-at al-Imam Abi Ja’far,
11. Husnu al-Musirrah fi al-Jam’ Bayna asy-Syatibiyah wa ad-Dirrah,
12. an-Nahju al-Jadid fi Ilmi at-Tajwid,
13. Rahilati fi al-Islam, dll.
Ayah Yang Perhatian di Tengah Kesibukan
Meskipun aktivitasnya sangat padat sebagai ‘duta Alquran’, Syaikh Mahmud Khalil al-Hushari tetap menyempatkan duduk bersama anak-anaknya. Menghabiskan waktu bersama mereka dengan Alquran. Membaca dan menulisnya.
Ia mendidik anaknya dengan mengajarkan agama, khususnya Alquran. Sehingga anak-anaknya pun berhasil menghafal Alquran pula. Salah seorang anaknya mengatakan, “Sungguh ayah adalah seorang bapak yang penyayang. Ia sangat-sangat perhatian dengan menghafal Alquran. Sehingga kami semua bisa menghafal Alquran, alhamdulillah. Setiap hari, ayah memberikan kami uang sebagai hadiah untuk setiap baris yang kami hafalkan.
Apabila ia menginginkan jumlah lebih dari yang ia targetkan, ia akan bertanya, “Apa lagi yang kau hafalkan?” Jika anak-anaknya menambahkan setoran, maka ia tambah pula pemberian. Ayah memiliki falsafah tersendiri dalam hal ini. Ia selalu menekankan untuk menghafal Alquran yang mulia. Sehingga kami termotivasi dengan berharap ridha Allah kemudian ridha kedua orang tua. Apa yang ayah lakukan telah membuat anak-anaknya teguh dalam menghafalkan Alquran.”
Akhir Yang Bahagia
Syaikh Mahmud Khalil al-Hushari telah membangun masyarakat agamis. Ia membangun Ma’had Azhar dan masjid di kampung halamannya, Syibran Namlah. Ia juga membangun masjid di Kairo. Dan sebelum wafat mewasiatkan agar sepertiga hartanya diwakafkan untuk khidmat kepada Alquran.
Syaikh mulai menderita sakit di awal tahun 1980. Saat itu, ia pulang dari Arab Saudi dalam keadaan sakit -sebagaimana cerita salah seorang anaknya-. Ternyata ia menderita penyakit liver. Sampai ia harus dirawat di rumah sakit. Kemudian pihak rumah sakit mengizinkannya pula, sampai kami -anak-anaknya- menyangka bahwa beliau sembuh total. Ternyata, pada hari Senin tanggal 24 November 1980, setelah shalat isya, beliau wafat.
Rahimahullah rahmatan wasi’atan. Semoga beliau termasuk orang yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِى الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
““Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Alquran nanti: ‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud no. 1464 dan Tirmidzi no. 2914, shahih kata Syaikh Al Albani).
Yang dimaksudkan dengan ‘membaca’ dalam hadits ini adalah menghafalkan Alquran.
Semoga Allah menempatkan beliau di tempat terbaik di surga-Nya.